Siapakah Pangeran Diponegoro, Ternyata Anak Raja Jawa dan Penggempur Tentara Belanda

4 Juni 2023, 18:30 WIB
Profil dan perjuangan Pangeran Diponegoro dalam Perang Diponegoro melawan Belanda /Kemdikbud

PonorogoNews.com - Pangeran Diponegoro adalah salah seorang pahlawan nasional Republik Indonesia, yang memimpin Perang Diponegoro atau Perang Jawa selama periode tahun 1825 hingga 1830 melawan pemerintah Hindia Belanda. 

 

Pangeran Diponegoro lahir di Yogyakarta pada tanggal 11 November 1785.

Dilahirkan dari ibu yang merupakan seorang selir, bernama R.A. Mangkarawati dan ayahnya bernama Gusti Raden Mas Suraja, yang di kemudian hari naik tahta bergelar Hamengkubuwono III. 

Baca Juga: Kenapa Madiun Disebut Kampung Pesilat? Ternyata Ini Alasannya

Nama aslinya adalah Raden Mas Mustahar, kemudian diubah menjadi Raden Mas Ontowiryo, dan setelah ayahnya naik takhta ia memiliki gelar pangeran dan disebut sebagai Pangeran Diponegoro. 

Sedang nama Islamnya Abdul Hamid.

Sosok Pangeran Diponegoro

Pangeran Diponegoro dikenal sebagai pribadi yang cerdas, banyak membaca, dan ahli di bidang hukum Islam-Jawa. 

Dia juga lebih tertarik pada masalah-masalah keagamaan ketimbang masalah pemerintahan keraton dan membaur dengan rakyat. 

Sang Pangeran juga lebih memilih tinggal di Tegalrejo, berdekatan dengan tempat tinggal eyang buyut putrinya, yakni Gusti Kanjeng Ratu Tegalrejo, permaisuri dari Sultan Hamengkubuwana I, daripada tinggal di keraton. 

Pangeran Diponegoro mulai menaruh perhatian pada masalah keraton ketika dirinya ditunjuk menjadi salah satu anggota perwalian untuk mendampingi Sultan Hamengkubuwana V (1822) yang saat itu baru berusia 3 tahun.

Baca Juga: Jejak Pangeran Diponegoro di Kabupaten Ponorogo, Sempat Singgah dan Istirahat di Kota Reyog

Karena baru berusia 3 tahun, pemerintahan keraton sehari-hari dikendalikan oleh Patih Danurejo IV dan Residen Belanda. 

Pangeran Diponegoro tidak menyetujui cara perwalian seperti itu, sehingga dia melakukan protes.

Salah satu anaknya yang terkenal adalah Sentot Alibasya Prawirodirjo atau Sentot Prawirodirjo II yang juga ikut berjuang bersamanya melawan Belanda. 

Pangeran Diponegoro memimpin Perang Diponegoro atau Perang Jawa sebagai bentuk perlawanan terhadap politik ekspansi dan intervensi Belanda di tanah Jawa. 

Perang ini berlangsung selama lima tahun dengan melibatkan rakyat Jawa dari berbagai lapisan dan daerah. 

Perang ini juga dikenal sebagai perang yang menelan korban terbanyak dalam sejarah Indonesia, yakni 8.000 korban serdadu Hindia Belanda, 7.000 pribumi, dan 200 ribu orang Jawa serta kerugian materi 25 juta Gulden.

Baca Juga: Rekam Jejak Raja Surakarta di Ponorogo, Pernah Nyantri di Tegalsari

Wafatnya Pangeran Diponegoro

Pangeran Diponegoro akhirnya menyerah kepada Belanda pada tanggal 28 Maret 1830 setelah ditipu oleh Jenderal Hendrik Merkus de Kock yang mengundangnya untuk berunding dengan dalih menghormati statusnya sebagai pangeran. 

Pangeran Diponegoro kemudian dibuang ke Makassar dan meninggal di sana pada tanggal 8 Januari 1855. 

Jenazahnya dimakamkan di Kampung Melayu, Wajo, Makassar, Sulawesi Selatan. 

Pada tahun 1973, Pangeran Diponegoro ditetapkan sebagai pahlawan nasional Indonesia oleh pemerintah Republik Indonesia.

Editor: Lohanna Wibbi Assiddi

Sumber: Ponorogonews

Tags

Terkini

Terpopuler