Enam Fakta Rel Kereta Api Ponorogo, Salah Satu Mega Proyek Kolonial yang Akan Diaktifkan Kembali

29 Maret 2024, 10:10 WIB
Enam Fakta Rel Kereta Api Ponorogo, Salah Satu Mega Proyek Kolonial yang Akan Diaktifkan Kembali /Instagram @daop8/

PonorogoNews.com - DPRD Kabupaten Ponorogo telah mengakomodasi reaktivasi rel kereta api di Ponorogo. Ini setelah disahkannya Raperda tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Ponorogo Tahun 2023-2043, beberapa waktu lalu.

"Jadi kebijakan di sektor pusat terhadap perkeretaapian sudah diakomodasi, program-program pusat yang harus ditindaklanjuti pemda," kata Agus Sugiarto, Kepala Bappeda Litbang Ponorogo.

Meskipun begitu, hingga saat ini belum ada tindak lanjut apakah reaktivasi rel bakalan segera direalisasikan. Pemda setempat tetap menunggu keputusan dari pusat.

Baca Juga: Belum Genap Seminggu, Rumah di Ponorogo Dimasuki Maling 2 Kali

Fakta Rel Kereta Api di Ponorogo

1. Wacana Sejak Tahun 2020

Pembahasan KAI mengenai reaktivasi jalur rel kereta api Madiun-Ponorogo disampaikan ke publik sejak tahun 2020. Masyarakat berharap reaktivasi jalur rel kereta api Madiun-Ponorogo tidak hanya wacana saja.

Tentu rencana mengaktifkan tersebut disambut antusias masyarakat lokal terutama Ponorogo. Kehadiran transportasi kereta api Madiun-Ponorogo akan memudahkan mobilitas bagi warga lokal.

2. Jalur Reaktivasi Libatkan Stasiun Lama

Ada beberapa stasiun kereta api di Ponorogo terpantau masih terawat meski tak beroperasi. Ada Stasiun Ponorogo, Stasiun Balong, Stasiun Jetis, dan Stasiun Badegan.

Kemungkinan reaktivasi jalur rel kereta api Madiun-Ponorogo kembali melibatkan beberapa stasiun Ponorogo tersebut. Pasalnya beberapa kondisi alam mempengaruhi perubahan jalur kereta api.

Baca Juga: Berapa Maskapai yang Bakal Terbang di Bandara Dhoho Kediri, Selain Super Air Jet ada Apa Lagi?

3. Putusnya Jalur Rel Kereta Api Madiun-Ponorogo

Akibat lama tidak terpakai, jalur rel kereta api Madiun-Ponorogo dari arah jalan Ploso, Kelurahan Oro-Oro Ombo, Kecamatan Kartoharjo, Kota Madiun tertimbun aspal serta pemukiman warga.

Putusnya jalur rel kereta api Madiun-Ponorogo sekitaran Halte Kota tak terlihat lagi. Baru di jalan Diponegoro menuju jalan Halmahera, Kelurahan Oro-oro Ombo nampak sedikit jalur rel kereta api Madiun-Ponorogo.

4. Problematika Upaya Reaktivasi

Dalam upaya merealisasikan reaktivasi ini, DPRD Ponorogo telah mengesahkan Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Ponorogo tahun 2023-2043.

Ketua DPRD Ponorogo, Sunarto, menyatakan bahwa reaktivasi rel kereta api sudah menjadi bagian dari rencana tersebut, yang telah dikaji oleh Direktorat Jenderal Perkeretaapian beberapa tahun lalu.

Namun, reaktivasi tidaklah semudah yang dibayangkan. Alternatif-alternatif perlu dipertimbangkan secara matang, mengingat potensi dampak sosial yang mungkin timbul.

Baca Juga: Aviobridge Bandar Udara Dhoho Kediri Berdiri Megah dan Siap Sambut para Penumpang, Apa Saja Fungsinya?

Sunarto menegaskan bahwa pilihan pertama, yaitu pengaktifan kembali jalur rel yang sudah ada, bukanlah pilihan utama. Ada tiga skema alternatif lainnya yaitu jalur dari utara setelah Terminal Seloaji belok kanan sampai selatan menuju Stasiun Balong.

Lalu setelah Terminal Seloaji belok ke timur di jalur baru menuju Stasiun Balong. Skema terakhir akan diputus sampai Stasiun Balong saja dan tidak berlanjut ke Stasiun Slahung.

5. Potensi Reaktivasi Stasiun Kereta Api

Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, memperlihatkan potensi untuk mereaktivasi sejumlah stasiun kereta api yang telah lama tidak beroperasi.

Dalam sejarahnya, kabupaten ini pernah memiliki empat stasiun kereta api yang berperan penting dalam konektivitas transportasi di wilayah tersebut. Keempat stasiun tersebut adalah Stasiun Slahung, Stasiun Ponorogo, Stasiun Balong, dan Stasiun Jetis.

Prospek reaktivasi stasiun-stasiun tersebut muncul kembali dalam wacana pembangunan infrastruktur transportasi di Kabupaten Ponorogo. Salah satu stasiun yang menjadi fokus pembicaraan adalah Stasiun Slahung, yang merupakan pemberhentian terakhir jalur Ponorogo–Madiun.

Baca Juga: Harga Tiket Penerbangan Jakarta Surabaya untuk Mudik Lebaran

Konfirmasi mengenai kondisi bangunan Stasiun Slahung menunjukkan bahwa bangunan tersebut masih terawat dengan baik, mencerminkan potensi untuk direaktivasi.

6. Salah Satu Proyek Besar Masa Kolonial

Stasiun Jetis, salah satu dari empat stasiun kereta api yang ada di Kabupaten Ponorogo, memiliki sejarah yang kaya sebagai bagian dari proyek besar masa kolonial. Stasiun ini menjadi bagian dari upaya pengembangan jalur lintas selatan yang direncanakan untuk meningkatkan konektivitas transportasi di wilayah tersebut.

Namun pada tahun 1983, Stasiun Jetis menghadapi nasib tragis ketika dinonaktifkan secara bersamaan dengan penutupan jalur kereta api Ponorogo–Slahung. Keputusan ini memiliki dampak signifikan terhadap konektivitas transportasi dan mobilitas penduduk di Kabupaten Ponorogo.***

Editor: Wibbiassiddi

Tags

Terkini

Terpopuler