Berburu Babi Hutan

- 12 Maret 2024, 04:00 WIB
Cerpen_Berburu Babi
Cerpen_Berburu Babi /Freepik

Selain itu, aku sudah malu memberikan sesuatu pada Mahapatih. Meski buku itu pemberian Guru Agung, tapi Mahapatih pasti akan membalasnya dengan emas berlimpah. Satu kali aku berikan satu besek telo, Mahapatih membalasnya dengan memberikan emas.

Sebagai manusia, aku sebenarnya senang dengan pemberian Mahapatih, tapi aku malu karena bukan itu yang aku inginkan. Selain itu, masyarakat pasti menilai “Petani” menjilat Mahapatih. 

Setiap kali Mahapatih memberikan sesuatu padaku, aku selalu berpikir terlalu berlebihan, tetapi sebenarnya terlalu kecil seandainya melihat latar belakang Mahapatih. Dia adalah orang terkaya kedua di Kerajaan Besar, setumpuk emas bukan hal berharga untuknya.

***

"Aku baru saja bertemu Mahapatih, bisa-bisanya dia berburu Babi Hutan sedang masa pemilihan pembantu Maharaja sebentar lagi," ceritaku pada kekasihku.

"Sudahlah, kenapa juga kita ikut campur urusan punggawa Kerajaan Besar, bukankah tugas kita hanya menanam agar terpenuhi kebutuhan pangan rakyat kerajaan,"

Akupun diam ketika mendengar kata kekasihku, ada benarnya juga. Tapi kekasihku selalu menjadi teman yang enak untuk berdiskusi, tapi kenapa dia menjadi seperti itu? Barangkali dia lelah setelah seharian melatih putri-putri Kerajaan Besar. 

Tanpa banyak pikir, aku ambil satu potong telo lalu kumakan. Minuman hangat juga sudah tersedia, aku makan telo sambil menikmati pijatan dari kekasihku.

***

Satu hari sebelum terlelap, ku buka buku lawas, hampir berdebu karena tidak pernah tersentuh tangan. Halaman awal menjelaskan bagaimana kerajaan Besar memahat batu-batuan menjadi patung. Patung itulah yang menjadi simbol kerajaan Besar. Konon para dewa telah mengirimkan batu mulia, sebuah batu yang berasal dari inti alam semesta.

Halaman:

Editor: Wibbiassiddi


Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah