Mengenal Benteng Van Den Bosch, Peninggalan Belanda di Ngawi yang Cocok Jadi Destinasi Wisata Sejarah

26 April 2024, 09:15 WIB
Mengenal Benteng Van Den Bosch, Peninggalan Belanda di Ngawi yang Cocok Jadi Destinasi Wisata Sejarah /Istimewa

PonorogoNews.com - Benteng Van den Bosch, yang lebih dikenal sebagai Benteng Pendem, memiliki sejarah yang kaya dan berperan penting dalam konteks sejarah Indonesia, khususnya pada abad ke-19. Di masa itu, Ngawi menjadi pusat perdagangan dan pelayaran yang strategis di Jawa Timur, serta menjadi pusat pertahanan Belanda dalam Perang Diponegoro (1825–1830).

Perlawanan terhadap penjajah Belanda di wilayah Madiun dan sekitarnya dipimpin oleh tokoh-tokoh setempat seperti Bupati Kerto Dirjo di Madiun, Adipati Judodiningrat, Raden Tumenggung Surodirjo, dan seorang pengikut Pangeran Diponegoro bernama Wirotani di Ngawi. Pada tahun 1825, Ngawi berhasil direbut dan diduduki oleh Belanda.

Untuk mempertahankan kedudukan dan mengendalikan jalur perdagangan yang strategis, Pemerintah Hindia Belanda membangun Benteng Van den Bosch, yang selesai dibangun pada tahun 1845.

Benteng ini dihuni oleh 250 tentara Belanda bersenjatakan bedil, 6 meriam api, dan 60 kavaleri di bawah kepemimpinan Johannes van den Bosch.

Baca Juga: Bandara Dhoho Kediri Beroperasi Ini Dua Sektor Ekonomi yang Diprediksi Bakal Menguat di Selingkar Wilis

Pemilihan lokasi Benteng Van den Bosch di sudut pertemuan Sungai Bengawan Solo dan Sungai Madiun sangat strategis, karena kedua sungai tersebut merupakan jalur perdagangan yang penting pada masa itu.

Lokasi yang lebih rendah dari tanah sekitarnya membuat benteng ini terlihat "terpendam" dari luar, sehingga memenuhi kriteria ideal sebagai benteng pertahanan. Meskipun demikian, dengan sistem drainase yang canggih, benteng ini mampu terhindar dari banjir.

Dalam upaya melawan penjajah Belanda, Pangeran Diponegoro dan salah satu pengikut setianya, Kyai Haji Muhammad Nursalim, berperan penting.

Baca Juga: Alasan Sugiri Sancoko Kembailikan Jalan Sultan Agung dan Ahmad Dahlan Menjadi Dua Arah, Lebih Cintai Rakyat?

Mereka melakukan perlawanan dan mengajarkan agama Islam serta memotivasi masyarakat setempat untuk melawan Belanda.

Konon, Kyai Haji Muhammad Nursalim memiliki kekuatan yang membuatnya kebal terhadap peluru dan senjata, membuat pasukan Belanda merasa terdesak.

Akibatnya, Belanda melakukan siasat untuk menangkap dan mengubur hidup-hidup Kyai Haji Muhammad Nursalim di sekitar zona inti Benteng Van den Bosch. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya peran tokoh-tokoh lokal dalam perlawanan terhadap penjajah.***

Editor: Wibbiassiddi

Tags

Terkini

Terpopuler