Alasan Reog Ponorogo tak Punah Hingga Kiamat Datang, Sanggar Harus Bisa Mengikuti Perkembangan Zaman

- 8 September 2023, 17:05 WIB
Peringatan Grebeg Suro di Kabupaten Ponorogo, berikut jadwal penampilan Festival Nasional Reog Ponorogo tahun 2023.
Peringatan Grebeg Suro di Kabupaten Ponorogo, berikut jadwal penampilan Festival Nasional Reog Ponorogo tahun 2023. /PonorogoNews

PonorogoNews.com - Reog menjadi ikon penting untuk kabupaten Ponorogo, tari topeng terbesar di dunia itu berhasil menjadi magnet wisatawan untuk mengunjungi kabupaten yang berbatasan dengan Madiun tersebut.

Puncaknya pada gelaran Grebeg Suro, banyak wisatawan berdatangan ke Kabupaten Ponorogo untuk menyaksikan festival nasional Reog Ponorogo.

Tidak hanya dari dalam negeri, tercatat ada beberapa wisatawan asing yang menyaksikan pentas tahunan di kabupaten Ponorogo tersebut. Salah satunya warga negara Jepang.

Baca Juga: Empat Perguruan Pencak Silat yang Sukses Buka Cabang di Luar Negeri, Ternyata Semua ada di Ponorogo

Reog juga sedang diusulkan agar menjadi salah satu warisan budaya tak benda (WBTB) UNESCO pada 2024 mendatang. Langkah tersebut mendapatkan dukungan dari berbagai pihak, termasuk dari pemerintahan pusat.

Tapi pertanyaannya ketika sudah menjadi warisan budaya tak benda UNESCO, apakah Reog bisa mempertahankan eksistensinya di tengah gempuran budaya modern?

Beberapa sanggar Reog di Kabupaten Ponorogo mengaku siap dengan hal tersebut, menurut mereka eksistensi Reog akan tetap terjaga meski perkembangan budaya semakin pesat.

Baca Juga: Pemkab Ponorogo Kucurkan Dana Rp6 Miliar untuk Merubah Wajah Jalan Gajah Mada

Salah satunya sanggar Tari Kawulo Bantarangin yang terus menumbuhkan generasi penerus untuk kesenian Reog. Mulai dari Bujangganong, Pembarong, Penari Warok dan Jathil.

Ketua Sanggar Tari Kawulo Bantarangin, Rizman Mifta mengaku senang karena banyak anak-anak yang tertarik dengan kesenian Reog.

"Kami ikut senang ketika melihat anak-anak dan remaja tertarik dengan kesenian reog," terang Mifta dikutip dari laman Ponorogo.go.id.

Sejak berdiri pada 2017 silam, sanggar ini sudah ada 1.000 anak yang belajar menari di sini, tidak sedikit yang sudah menjadi seniman Reog Ponorogo.

"Selama enam tahun sanggar berdiri, sudah ada 1.000 anak-anak yang belajar menari di sini. Banyak dari mereka yang menjadi seniman reog."

Baca Juga: Wajah Baru Kabupaten Ponorogo, Sugiri Siapkan Pedestrian Berbentuk Angka 8 untuk Menarik Wisatawan

Mifta mengaku, Reog Ponorogo harus bisa mengikuti perkembangan zaman, pasalnya jika tetap kaku dengan aturan lama maka akan ditinggalkan oleh generasi muda. Tetapi perlu digaris bawahi pakem-pakem inti di dunia Reog tidak boleh ditinggalkan.

"Kesenian itu harus terus berkembang mengikuti zaman tanpa menghilangkan unsur budaya aslinya." ***

Editor: Wibbiassiddi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah