Tradisi Lebaran di Kabupaten Ponorogo yang Perlu Kamu Tahu, Ada yang paling Disukai oleh Anak Kecil

9 April 2024, 08:15 WIB
Tradisi Lebaran di Kabupaten Ponorogo yang Perlu Kamu Tahu, Ada yang paling Disukai oleh Anak Kecil /

PonorogoNews.com - Setiap tahun, momentum Lebaran di Ponorogo tidak hanya menjadi momen penyatuan keluarga tetapi juga pelestarian tradisi.

Ada beberapa tradisi yang khas di Ponorogo ketika Hari Raya Idulfitri tiba.

Tradisi-tradisi ini sudah ada sejak zaman dulu dan terus dilestarikan hingga saat ini. Berikut beberapa tradisi lebaran khas Ponorogo.

Baca Juga: Layani 14 Kota dan Kabupaten, Bandara Dhoho Kediri Miliki Potensi 8 Juta Penumpang Per Tahun

1. Nyekar

Nyekar menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Ponorogo sebagai bentuk penghormatan dan pengabdian kepada nenek moyang.

Tradisi nyekar di Ponorogo tidak hanya dilakukan menjelang Ramadan, tetapi juga menjadi bagian integral dari perayaan Lebaran.

Para warga berziarah tidak hanya sekadar memberikan penghormatan kepada orang-orang yang telah tiada, tetapi juga sebagai momen refleksi dan introspeksi diri tentang arti kehidupan dan kematian.

Tradisi nyekar merupakan warisan budaya yang kaya akan makna dan nilai-nilai kearifan lokal. Melalui praktik ini, warga Ponorogo tidak hanya menjaga hubungan dengan leluhur mereka, tetapi juga memperkokoh solidaritas dan kebersamaan di antara sesama.

Baca Juga: Reog Ponorogo Jadi Warisan Budaya tak Benda UNESCO, Alasan Kuat Bandara Dhoho Kediri Jadi Ramai?

2. Badhan

Tradisi Badhan tidak hanya sekadar memenuhi kewajiban sosial, tetapi juga menjadi simbol kehangatan dan solidaritas di antara sesama.

"Badhan", yaitu membuka pintu rumah dan menyambut tamu dengan makanan ringan sebagai bentuk keramahan dan keakraban. Setiap tahun, saat menjelang Idul Fitri, rumah-rumah di Ponorogo terbuka lebar untuk menyambut tamu.

Pemilik rumah dengan senang hati menyiapkan berbagai hidangan ringan seperti kue-kue tradisional, buah-buahan, serta minuman segar sebagai tanda kegembiraan atas kedatangan hari kemenangan.

Tradisi Badhan bukan hanya sekadar ajang silaturahmi, tetapi juga menjadi kesempatan bagi warga Ponorogo untuk mempererat hubungan antar tetangga dan kerabat.

Di setiap rumah, suasana penuh kehangatan dan keceriaan tercipta, diwarnai dengan tawa dan obrolan yang mengalir lancar di antara para tamu.

Baca Juga: PJ Gubernur Jawa Timur Minta Bupati Ponorogo dan Daerah Selingkar Wilis Gunakan Bandara Dhoho untuk Perjalanan

3. Sejarah/Anjangsana

Pada setiap perayaan Lebaran di Ponorogo, tradisi anjangsana (sejarah) menjadi bagian yang tak terpisahkan dari keseluruhan perayaan.

Tradisi ini mengandung makna mendalam dalam menjalin silaturahmi dan saling bermaafan di antara individu atau kelompok orang.

Pada momentum Lebaran, di mana umat Muslim merayakan hari kemenangan setelah menyelesaikan ibadah puasa Ramadan, menjalin perdamaian dan memaafkan kesalahan orang lain menjadi nilai yang sangat penting. 

Anjangsana menjadi momen yang tepat untuk memperbaiki hubungan yang renggang dan menyatukan hati yang terpisah.

4. Nyangoni

Di tengah riuhnya perayaan Idul Fitri, tradisi Nyangoni menjadi momen yang dinanti-nanti oleh anak-anak di Ponorogo.

Nyangoni, yang berarti memberi uang, adalah praktik yang dilakukan oleh orang dewasa untuk memberikan hadiah uang kepada anak-anak sebagai ungkapan kebahagiaan dan berbagi rezeki dalam menyambut hari kemenangan.

Baca Juga: Sibuknya Maskapai Citilink Terbang di Bandara Dhoho Kediri, Super Air Jet Harus Segera Beroperasi?

Tradisi ini tidak hanya menjadi sumber kegembiraan bagi para anak-anak, tetapi juga menjadi bentuk penghargaan atas kerja keras mereka selama bulan Ramadan.

Nyangoni bukan hanya sekadar memberi uang, tetapi juga menjadi sarana untuk mengajarkan nilai-nilai kebaikan dan kepedulian kepada generasi muda.

Melalui praktik ini, anak-anak diajarkan untuk bersyukur atas segala rezeki yang diberikan serta untuk membagi kebahagiaan kepada sesama.***

Editor: Wibbiassiddi

Tags

Terkini

Terpopuler