Fakta Menarik Tentang Reog, Tari Topeng Asal Ponorogo yang Memikat Dunia

15 April 2024, 07:15 WIB
Fakta Menarik Tentang Reog, Tari Topeng Asal Ponorogo yang Memikat Dunia /Instagram @Grebegsuroponorogo

PonorogoNews.com - Di balik gemerlapnya pertunjukan Reog Ponorogo, tersimpan sebuah kearifan lokal yang tak ternilai. 

Sebagai ikon budaya yang melintasi batas-batas negara, Reog telah menjelma menjadi lebih dari sekadar kesenian, melainkan sebuah panggung untuk merayakan dan menghidupkan sebuah falsafah yang kaya.

Dengan Barongan, Warok, Jathil, dan Bujang Ganong yang menghiasi setiap adegannya, Reog Ponorogo telah menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas Ponorogo itu sendiri. 

Berikut ini beberapa fakta menarik tentang Reog Ponorogo yang perlu kamu ketahui.

Baca Juga: Bandara Dhoho Kediri Resmi Beroperasi, Ini Rekomendasi Kuliner Enak di Sekitarnya yang Wajib Dicoba

1. Kesenian Reog Ponorogo Sudah Mendunia

Pentas-pentas spektakuler Reog Ponorogo telah menghipnotis penonton di berbagai penjuru dunia.

Kesenian Reog Ponorogo tidak lagi terbatas hanya di kampung halamannya. Kini, keindahannya telah merambah ke mancanegara, mencuri perhatian penonton dari Los Angeles hingga Suriname.

Keindahan Barongan yang megah, gerakan-gerakan anggun Warok, Jathil, dan Bujang Ganong, semuanya menjadi daya tarik yang tak terbantahkan.

Melalui kehadirannya di panggung internasional, Reog Ponorogo tidak hanya sekadar menghibur, tetapi juga menjadi duta budaya Indonesia yang membanggakan. 

Baca Juga: Arus Balik Lewat Bandara Dhoho Kediri, Tiket Ludes Jadi Pertanda Baik Bagi Masa Depan

2. Tari Topeng Terbesar dan Terberat

Dalam dunia seni tari Reog Ponorogo, terdapat sebuah topeng megah yang menjadi sorotan utama, yaitu Barongan atau Dadak Merak. 

Topeng ini tidak hanya memikat dengan keindahannya, tetapi juga dengan beratnya yang mengagumkan.

Dengan berat sekitar 50 kilogram, topeng ini menjadi salah satu topeng terbesar dan terberat dalam dunia seni tari tradisional Indonesia.

Terkadang, dalam pertunjukan Reog Ponorogo, ada penari lain yang menaiki kepala Barongan, sehingga beratnya bisa mencapai lebih dari 100 kilogram.

Meskipun begitu, para penari dengan penuh keberanian dan kekuatan mampu menghadapinya, menjadikan setiap penampilan Reog Ponorogo sebagai pengalaman yang luar biasa bagi para penontonnya.

Baca Juga: Amankan Arus Mudik dan Balik Lebaran 2024, Polres Madiun Siapkan Pos dan Beri Himbauan Para Pemudik

3. Berasal dari Legenda

Keindahan dan kekuatan seni Reog Ponorogo ternyata berakar dalam cerita legenda yang memikat.

Kisah yang melibatkan pertempuran sengit antara dua raja legendaris: Raja Bantarangin atau dikenal sebagai Kelana Sewandana dari Ponorogo, dan Raja Singabarong dari Kediri.

Menurut legenda, Raja Bantarangin telah jatuh cinta pada Putri Sanggalangit dari Kediri dan bermaksud untuk melamarnya.

Namun, niat baiknya itu dicegah oleh Raja Singabarong, yang datang dengan pasukan singa dan burung sebagai penjaga.

Pertempuran antara kedua raja ini kemudian diabadikan dalam tarian Reog Ponorogo, dengan masing-masing tokoh mewakili bagian penting dari cerita legenda tersebut. 

4. Memiliki Makna Satire

Di balik gemerlapnya pertunjukan Reog Ponorogo tersembunyi sebuah lapisan makna yang mendalam, menyiratkan kritik dan sindiran terhadap kondisi sosial dan politik pada zamannya.

Baca Juga: Libur Lebaran Destinasi Wisata di Kabupaten Ponorogo Bakal Ramai, Tapi Tarif Parkir Dinaikkan

Melalui gerak, kostum, dan karakter-karakter yang dimainkan, Reog Ponorogo menjadi cerminan dari realitas sosial dan politik masa lampau.

Warok, dengan kekuatan dan keberaniannya, melambangkan rakyat jelata yang gigih dan berani melawan segala rintangan dan ketidakadilan.

Di sisi lain, Bujang Ganong hadir sebagai simbol penguasa yang sombong dan angkuh, mencerminkan kelemahan dan ketidakadilan dalam kepemimpinan yang otoriter.

Tak kalah pentingnya, Jathil menggambarkan kaum bangsawan yang sering kali dianggap lemah dan tak berdaya meskipun memiliki kecantikan dan kemewahan materi.

Dengan menyusun karakter-karakter ini dalam pertunjukan Reog Ponorogo, seniman-seniman masa lalu telah mampu mengabadikan kritik terhadap ketidakadilan sosial dan politik yang pernah terjadi.***

Editor: Wibbiassiddi

Tags

Terkini

Terpopuler